Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
LEBIH DAHSYAT DARI AZUSA STREET
Ruang Remaja
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena mereka lah yang empunya Kerajaan Sorga."
Matius 5:10 (TB)
Kisah Nyata: Kim Hak-Soon — Suara yang Tidak Dibungkam
Kim Hak-Soon adalah seorang wanita Kristen asal Korea Utara yang pernah ditahan dan disiksa karena imannya. Ia lahir dalam keluarga yang diam-diam memercayai Yesus, dan sejak kecil, ia diajarkan Alkitab secara rahasia oleh ibunya di dalam rumah, dengan jendela tertutup rapat dan suara berbisik.
Suatu malam ketika Kim remaja, tentara menggerebek rumah mereka karena kecurigaan adanya kegiatan ilegal. Mereka menemukan lembaran Alkitab dan salinan nyanyian rohani. Kim dan ibunya ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamp kerja paksa yang terkenal kejam.
Di kamp, Kim menyaksikan sendiri bagaimana para tahanan yang kedapatan berdoa dihukum mati. Namun, Kim tidak menyerah. Ia tetap menyanyikan pujian kepada Tuhan dalam hati dan mengingat setiap ayat Alkitab yang pernah dihafalnya. Dalam keheningan, ia bergumam, “Yesus, Engkaulah satu-satunya yang bisa mendengarku di tempat ini.”
Suatu ketika, Kim memberanikan diri menyampaikan pesan pengharapan kepada seorang rekan tahanan yang hendak bunuh diri. Kata-katanya menyelamatkan nyawa orang itu, tetapi hal itu terdengar oleh penjaga. Kim dipindahkan ke sel isolasi dan disiksa selama berminggu-minggu.
Meski menderita hebat, Kim bertahan dan tidak menyangkal imannya. Setelah bertahun-tahun, ia akhirnya dibebaskan, lalu melarikan diri ke Tiongkok, dan akhirnya ke Korea Selatan. Di sana, ia bersaksi dalam gereja bawah tanah dan menulis kesaksiannya untuk menguatkan umat Tuhan di seluruh dunia.
Relevansi dengan Alkitab: Menderita karena Kebenaran
Matius 5:10 bukan sekadar janji penghiburan, tapi deklarasi bahwa penderitaan karena iman adalah bagian dari warisan Kerajaan Allah. Kim Hak-Soon hidup dalam penganiayaan yang ekstrem, namun tetap setia seperti jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. Ia menjadi saksi bahwa terang Kristus tak bisa dipadamkan bahkan di tempat tergelap di dunia.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Iman yang sejati tidak bergantung pada kenyamanan atau keamanan. Ketika dunia menekan, iman justru teruji. Kim mengajarkan kita bahwa keberanian sejati bukanlah bebas dari rasa takut, melainkan tetap teguh ketika kita tahu siapa yang menyertai kita. Jangan anggap sepele kebebasan beribadah yang kita miliki — gunakanlah untuk bertumbuh dan memberkati orang lain. (MA).
“Faith is strongest where it is most dangerous to believe.”.
Anonymous
Dunia Kita
Ketika kita melihat hutan, kita biasanya hanya melihat pohon-pohon yang diam berdiri, tidak bergerak, dan tampak seolah tidak saling berinteraksi. Namun, tahukah kamu bahwa pohon sebenarnya dapat berkomunikasi satu sama lain? Ya, para ilmuwan telah menemukan bahwa pohon tidak hanya hidup, tetapi juga punya sistem sosial dan “jaringan komunikasi” yang kompleks!
Penelitian menunjukkan bahwa akar-akar pohon saling terhubung melalui jaringan jamur mikoriza, yang disebut juga “Wood Wide Web”—mirip seperti internet, tapi versi alam. Jamur ini membantu pohon menyampaikan pesan satu sama lain lewat sinyal kimia.
Misalnya, ketika satu pohon diserang oleh hama, ia bisa mengirim sinyal peringatan ke pohon lain di sekitarnya melalui jaringan ini. Pohon-pohon tetangga lalu merespons dengan meningkatkan produksi zat kimia pelindung di daunnya, seperti rasa pahit atau racun ringan, agar tidak dimakan hama juga.
Lebih mengejutkan lagi, pohon tua atau pohon "induk" bisa mengirim nutrisi ke pohon yang lebih muda atau yang sedang sakit. Mereka melakukannya melalui jaringan akar dan jamur tersebut. Pohon yang lebih kuat akan menyumbangkan karbon, nitrogen, dan air ke pohon yang lebih lemah agar tetap hidup.
Hal ini membuktikan bahwa hutan bukan sekadar kumpulan tanaman, tapi komunitas yang saling menjaga.
Penelitian lain menunjukkan bahwa beberapa spesies pohon dapat mengenali mana pohon yang berasal dari “keluarga” atau jenis yang sama. Jika tumbuh bersama saudaranya, pohon akan lebih lembut dalam berkompetisi, seperti tidak saling menaungi sinar matahari. Namun, jika berada di antara pohon asing, mereka akan lebih kompetitif untuk bertahan hidup.
APA KATA ALKITAB?
Penemuan ini mengingatkan kita bahwa alam ciptaan Tuhan begitu luar biasa dan penuh makna. Tuhan menciptakan dunia bukan hanya dengan keindahan, tapi juga keteraturan dan keharmonisan yang saling berkesinambungan.
Dalam Mazmur 104:24 tertulis:
"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan hikmat; bumi penuh dengan ciptaan-Mu."
Ayat ini menegaskan bahwa setiap makhluk hidup, termasuk pohon, dibuat dengan hikmat ilahi. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Jika pohon saja bisa peduli terhadap sesamanya, apalagi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Melalui fakta unik ini, kita diajak untuk lebih menghargai alam dan menyadari bahwa kehidupan bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi tentang saling menjaga dan berbagi, seperti yang dilakukan pohon-pohon di hutan. Jadi, apakah kamu masih mengira pohon hanya berdiri diam tanpa kehidupan sosial? (MA)
Ruang Kesaksian
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Roma 8:28 (TB)
Perkenalkan nama saya Sry Ulina Br Tarigan, saya anak keempat dari tujuh bersaudara, tumbuh dari keluarga yang belum mengenal Tuhan. Karena didikan keluarga yang keras membuat saya jadi anak yang paling nakal di sekolah. Ketika saya masih SD, saya harus berpindah sekolah sampai enam kali.
Saya menerima Tuhan sebagai Juru Selamat pribadi pada tahun 2017. Saat ini saya melayani sebagai pembina junior church (JC) di GBI Hotel Pelangi - Medan. Sejak kecil saya tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua dan juga kakak.
Saat itu orang tua saya lebih fokus kepada usaha dan mementingkan uang. Walaupun usaha orang tua saya itu terlihat sebagai sebuah warung kopi, tapi di dalamnya merupakan tempat perjudian yang cukup besar. Sehingga saya pun tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik.
Seringkali saya menyaksikan orang tua dan saudara saya ribut, bagi saya rumah ibaratnya seperti neraka. Pergaulan yang buruk mengakibatkan saya cenderung kecanduan akan kehidupan malam. Sudah menjadi kebiasaan setiap akhir pekan, saya habiskan di klub malam dan perjudian.
Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras membuat saya lebih merasa diterima dan dihargai, dibandingkan berada di rumah. Bergaul dari teman-teman yang buruk dari kelas 2 SMP hingga kelas 2 SMA.
Mereka hanya melakukan kewajiban sebagai orang tua yang dapat memenuhi kebutuhan saya. Tahunya mereka bahwa saya dalam keadaan baik-baik saja, pergi ke sekolah dan melakukan aktivitas seperti anak-anak lainnya.
Hingga pada suatu hari, saya bertengkar hebat dengan kakak yang mengakibatkan saya pergi dari rumah selama 4 hari. Orang tua mencari dan menemui saya di rumah sahabat, mereka membujuk saya untuk pulang. Sambil menangis saya menumpahkan kekesalan saya dan mengatakan bahwa di rumah sudah tidak ada keharmonisan, saya sudah sangat lelah.
Atas bujukan kedua orang tua dan juga permintaan maaf dari kakak, akhirnya hati saya luluh dan mau kembali ke rumah. Namun ternyata keadaan masih tetap tidak berubah.
Menginjak bangku SMA, khusus bagi siswa yang beragama Kristen diadakan ibadah setiap hari jumat. Biasanya saya tidak pernah mengikuti ibadah tersebut, tetapi kepala sekolah dan guru agama mengancam, apabila tidak ikut ibadah maka nilai saya akan jelek dan bisa tidak naik kelas. Dengan sangat terpaksa saya mengikuti ibadah.
Pada hari itu diadakan ibadah gabungan, karena ada pembicara tamu dari GBI Hotel Pelangi di bawah naungan GBI Medan Plaza. Saya masuk dan langsung duduk di barisan belakang. Hamba Tuhan yang melihat saya menunjuk dari depan dengan mengatakan:
“Kalau kamu tidak mau menghargai Tuhan, mau menghargai siapa ?”
Saya tidak menjawab dengan wajah yang kurang senang saya katakan kepada teman-teman yang duduk di samping, “Ini orang tidak tahu siapa saya ya?” Teman-teman lalu menegur saya untuk tidak perlu melawan karena khawatir akan dikeluarkan.
Usai ibadah, hamba Tuhan mengajak para siswa yang rindu di doakan untuk maju ke depan. Teman-teman mengatakan kepada saya “kalau kamu maju ke depan dan pura-pura rebah, nanti kita kasih uang” dan traktir ke klub. Karena saat itu saya sedang butuh uang, jadi tergoda dengan tawaran itu.
Akhirnya saya maju ke depan dan bersedia untuk memenuhi tantangan tersebut. Sebenarnya saya cukup heran ketika teman-teman yang didoakan mulai berjatuhan dan menangis. Ingin rasanya saya kembali mundur, namun karena posisi saya di depan, saya tidak bisa kemana-mana.
Mengikuti instruksi dari teman-teman, saya pun pura-pura menjatuhkan diri sekalipun tidak merasakan apa-apa. Selesai ibadah sesuai dengan janji, mereka memberikan sejumlah uang. Tetapi hamba Tuhan itu melihat kejadian tersebut dan berkata, “kamu itu menjadi pergumulan doa bagi saya”. Dalam hati saya katakan, “tidak usah sok-sok dekatlah sama saya, saya tidak suka!”
Hingga pada suatu suatu hari mama jatuh sakit dan perlu di doakan. Mama dibawa ke gereja, tanpa sengaja saya bertemu lagi dengan hamba Tuhan itu. Ia mengatakan, “bukan suatu kebetulan bila kita bertemu”. Dalam pertemuan tersebut, orang tua mengatakan untuk dapat beribadah di sini saja dan saya dapat menemani nenek dan mama.
Karena tidak ingin berdebat, maka saya mengiyakan saja. Hari minggu ketika menemani orangtua ke gereja, saya mamakai kaos pantai dipadu dengan celana model robek dan sandal jepit. Sampai di gereja saya pun di tegor oleh hamba Tuhan itu: ”kalau ke gereja harus berpakaian yang sopan, kan mau ketemu sama Tuhan”. Dalam hati saya berkata, “saya tidak mau ketemu sama Tuhan, saya hanya ingin menemani mama dan nenek.”
Tahun 2017 bulan ke empat, pada ibadah pencurahan Roh Kudus dari belakang hamba Tuhan itu datang memegang bahu saya serta berkata, “saya ingin mendoakan kamu’. Padahal kita belum saling kenal dan baru dua atau tiga kali beribadah di sini.
Saat hamba Tuhan membagikan, pandangannya terus ke arah saya. Ketika altar call jemaat saling bergandengan tangan sambil memejamkan mata, dalam hadirat-Nya saya melihat ada cahaya yang terang sekali yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Hamba Tuhan datang menghampiri saya dan mengatakan,
“Tuhan itu sayang sama kamu, sekalipun kamu tidak sayang sama Tuhan, Dia Bapa yang baik dan menerimamu tanpa syarat”.
Kata-kata itu sangat menyentuh saya dan saya mulai di lawat Tuhan. Kasih Bapa mengalir ketika saya memanggil nama Yesus.
Saat itulah saya merasakan hal yang belum pernah saya rasakan selama hidup ini ada kasih Bapa yang mengalir di dalam ibadah itu. Selesainya ibadah hamba Tuhan itu berkata bahwa, “Tuhan itu sayang sama kamu, jangan kamu rusak tubuh kamu dengan sesuatu yang sementara.”
Pada malam harinya di rumah saya mempunyai kerinduan untuk berdoa kembali. Saya merindukan suasana pengalaman rohani yang baru bersama Tuhan pada pagi itu. Sekitar pukul 23.30 saya masuk ke dalam kamar, keadaan rumah sudah mulai sepi.
Saya mulai memuji dan menyembah Tuhan, entah bagaimana saya kembali dilawat Roh Kudus. Karena suasana itu, orangtua segera masuk ke dalam kamar, juga seisi rumah dan bertanya kepada saya, ada apa?. Selesai berdoa, saya memberitahu bahwa lawatan Tuhan sedang terjadi. Karena orang rumah tidak mau mengerti, maka keesokan harinya mereka dijelaskan oleh hamba Tuhan.
Sekalipun telah dijelaskan, mereka tetap hanya mau ke gereja saja tanpa harus lebih sungguh-sungguh sama Tuhan.. Sejak mengalami kasih mula-mula, membuat saya rindu dan komitmen lebih sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Sejak saat itu saya meninggalkan pergaulan yang buruk.
Puji Tuhan, di semester akhir kelas 3 SMA, saya dipercaya menjadi pembina PA. Saya terbeban agar jiwa-jiwa yang terhilang dapat di selamatkan. Kerinduan saya untuk dapat melanjutkan kuliah di perguruan tinggi teologia (STT). Tetapi orang tua tidak setuju, mereka ingin saya melanjutkan kuliah yang lebih menjanjikan. Mereka juga tidak bisa membiayai kuliah saya, karena uang yang diperoleh tidak halal, dari perjudian.
Setelah tamat dari SMA, saya pamit dari rumah dengan alasan bekerja. Saya melanjutkan kuliah mendapat bantuan dari hamba Tuhan yang selama ini sudah mengangkat dan membimbing saya menjadi anak rohaninya. Ia juga menawari saya bekerja menjaga tokonya. Upah yang saya terima dapat digunakan untuk melanjutkan kuliah.
Orang tua tidak mengetahui bahwa saya kuliah di STT. Hingga ketika masuk semester dua barulah saya memberitahu mereka. Saya katakan bahwa saya ingin menjadi hamba Tuhan (Pendeta) dan ini sudah menjadi keputusan saya, terserah papa dan mama menyetujui atau tidak. Akhirnya mereka mengalah dan mengatakan kepada saya, “mau kuliah dimana saja terserah asalkan tidak minta uang kuliah”, karena saya dianggap sudah dewasa.
Selama saya berada di rumah, saya terus berdoa dan memasang lagu-lagu rohani. Hal ini membuat orang tua dan para tetangga saya tidak suka dan merasa terganggu. Bahkan sempat terjadi keributan dengan salah satu kakak yang berprofesi sebagai bandar. Namun saya hanya dapat berseru dan menangis kepada Tuhan atas cercaan mereka. Sebagai manusia saya sempat protes kepada Tuhan, kenapa saya harus mengalami hal seperti ini?
Tetapi Tuhan itu baik, Tuhan ijinkan mama kembali jatuh sakit dan harus di operasi. Kakak mulai mencari saya agar dapat mendoakan mama. Pasca operasi mama masih terus saja menangis. Tubuhnya tidak sakit tapi ia seperti sakit.
Saya mulai mengajak keluarga untuk bersatu di dalam doa. Kami memuji dan menyembah Tuhan. Sungguh dahyat Ia mendengar seruan doa kami, mama berangsur-angsur mulai sembuh. Melihat hal itu papa akhirnya mau ke gereja.
Puji Tuhan melihat orangtua mulai rajin ke gereja saya sungguh bersyukur, namun kehidupan lama mereka masih belum berubah dan tidak ada buah pertobatan. Saya meminta kepada Tuhan, agar menutup usaha perjudian yang sudah membuat Tuhan tidak berkenan sekalipun usaha itu sudah menjadi satu-satunya mata pencaharian keluarga.
Herannya usaha papa semakin hari semakin besar bahkan ditambah lagi dengan mesin-mesin perjudian yang baru, dan bertambah banyak orang yang datang. Dalam hati, saya tidak bisa membiarkan hal ini, sebagai anak Tuhan saya harus berdampak. Saya berdoa lebih sungguh lagi kepada Tuhan dengan berdoa dan puasa .
Pada akhir tahun 2020, Tuhan menjawab dengan mendatangkan kesatuan polisi untuk menutup usaha yang sudah berjalan selama 10 tahun lebih. Seperti membalikan tangan dalam sekejab waktu usaha keluarga bangkrut. Bahkan para penguasa di tempat itu juga memerintahkan agar usaha papa saya ditutup.
Saya menyaksikan mesin-mesin judi dibawa oleh tim kepolisian. Herannya dalam kondisi itu saya tidak merasakan sedih, justru merasa senang. Tidak demikian dengan orangtua saya, mereka marah tidak bisa menerima ketika mereka mengetahui bahwa selama ini sayalah yang mendoakan agar usahanya di tutup. Dengan tenang saya menyakinkan kedua orang tua, bahwa Tuhan sangat tidak berkenan dengan usaha itu. Apabila Tuhan yang menutupnya pasti Ia akan bertanggung jawab memberi usaha yang baru yang berkenan dihadapan-Nya.
Akhirnya mereka pun mau berserah kepada Tuhan. Puji Tuhan, janji Tuhan sungguh terbukti ketika ada seorang hamba Tuhan memberikan seekor hewan ternak untuk papa. Akhirnya dapat dikembang biakkan, saat ini telah menjadi puluhan ekor. Selain itu dengan berkat yang ada, kami dapat membeli sebidang tanah untuk bercocok tanam dengan menanam kelapa sawit.
Sungguh heran dan ajaib perbuatan Tuhan Yesus atas kami. Dia sanggup memelihara keluarga saya sampai hari ini tanpa kekurangan suatu apapun. Bahkan Tuhan yang selalu mencukupkan kebutuhan kami. Kini kami merasakan bahwa Tuhan menjadikan keluarga kami indah pada waktu-Nya. Orang tua lebih sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Bahkan keluarga besar yang belum mengenal Tuhan, mulai mengajak kami berkumpul untuk berdoa bersama-sama. Para tetangga yang awalnya tidak suka mendengar lagu puji-pujian, kini datang ke rumah merasa diberkati dengan pujian tersebut.
Herannya ketika saya di rumah, dan mereka belum melhat saya berdoa dan memuji Tuhan, pasti mereka bertanya-tanya. Saya percaya Tuhan telah memulihkan keluarga ini. Puji Tuhan Dia mengubahkan kami dari yang tidak ada harapan, gelap dan tidak ada masa depannya, saya sekarang menuai hasilnya. Semoga dengan kesaksian saya ini dapat menjadi berkat dan semangat bagi setiap mereka yang berbeban berat dan mengalami seperti apa yang telah kami lalui.
Sekalipun kita sedang melewati padang gurun yang penuh dengan cacian, hujatan orang-orang disekeliling kita. Percayalah bahwa doa, pujian dan puasa yang kita kerjakan semuanya tidaklah sia-sia. Pasti suatu saat nanti kita akan menuai dan mengecap manisnya buah pergumulan kita. Tetaplah setia, percaya, berharap, berserah dan jangan pernah menyerah, bangkitlah dan jadilah pemenang. Amin.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.