YESUS, SUMBER KEHIDUPAN SEJATI
Posted by Admin 2025-12-05
Sharing Supplemen COOL Desember 1 2025
Yesus, Sumber Kehidupan Sejati
“Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidupan. Siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan
pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.”
Yohanes 6:35 TB2
Setiap orang sedang mencari “kehidupan” yang membuat mereka merasa berarti. Ada yang mengejarnya lewat pekerjaan, prestasi, hubungan, atau hal-hal yang membuat mereka merasa berharga. Tapi sering kali, setelah mendapatkannya, hati kita tetap terasa kosong. Seperti makan yang
mengenyangkan sebentar, tapi lama-lama lapar lagi. Yesus tahu kebutuhan terdalam manusia bukan hanya materi, bukan hanya kenyamanan, tapi kehidupan sejati, yakni kehidupan yang membuat kita berani, bersyukur, kuat bertahan, dan tetap penuh harapan.
Dalam Yohanes 6:35 Yesus tidak sedang menawarkan roti biasa. Dia sedang menawarkan kehidupan. Kehidupan yang tidak berasal dari dunia ini. Mari kita lihat lebih dalam apa maksud Yesus ketika Ia menyebut diri-Nya “roti hidup,” dan bagaimana kebenaran ini bisa menolong kita menjalani hidup sehari-hari dengan lebih kuat dan penuh arah.
1. Yesus memuaskan rasa lapar dan haus kita secara rohani dan jiwani.
Ketika Yesus berkata, “Akulah roti hidup”, Ia sedang mengingatkan orang banyak tentang manna yang Tuhan berikan di padang gurun. Manna itu memberi hidup secara fisik, namun hanya sementara. Mereka tetap lapar dan akhirnya mati. Yesus menawarkan sesuatu yang lebih, yakni kepenuhan rohani yang tidak bergantung pada kondisi hidup. “Tidak akan lapar lagi” dapat berarti:
• Kita tidak lagi mencari identitas dari pengakuan orang lain.
• Kita tidak perlu mencari kepuasan dari hal-hal yang cepat hilang.
• Kekosongan terdalam dalam diri kita diisi oleh hadirat-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari ketika merasa tidak dihargai, ingat bahwa nilai kita berasal dari Kristus, bukan manusia. Saat merasa hidup hampa, datang kepada Yesus melalui doa, firman, dan komunitas. Mari kita belajar melihat berkat sehari-hari sebagai bukti bahwa Yesus cukup bagi kita.
2. Yesus menjadi sumber kekuatan saat kita lelah dan putus asa.
Dalam kehidupan, kita bisa kehabisan tenaga, pikiran, atau harapan. Tetapi Yesus berkata bahwa siapa yang percaya kepada-Nya “tidak akan haus lagi.” Dalam Alkitab, haus menggambarkan jiwa yang kelelahan, mencari penyegaran. Yesus menawarkan kekuatan yang tidak habis-habis, seperti sumber air yang mengalir terus. Yesaya 40:28-29, “Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.”
Saat stres dengan pekerjaan atau keluarga, berhenti sebentar dan katakan: “Tuhan, Engkaulah kekuatanku.” Tetap melayani dengan hati yang disegarkan, bukan dipaksa. Sediakan waktu untuk membiarkan Tuhan menyentuh bagian hati yang lelah. “Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23:1-3)
3. Yesus menjadi arah dan tujuan hidup kita.
Yesus berkata bahwa Ia adalah Roti Hidup, artinya satu-satunya sumber kepuasan sejati, pengarah langkah, dan tujuan akhir kehidupan kita. Dalam Yohanes 6:35 Yesus menegaskan bahwa kehidupan yang sejati hanya dimulai ketika kita datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya
sebagai satu-satunya Tuhan yang hidup. Yesus tidak hanya memberi kenyamanan atau perasaan aman; Ia memberi arah dan tujuan. Kehidupan sejati bukanlah hidup yang digerakkan ambisi pribadi, tetapi hidup yang diarahkan oleh kehendak Tuhan. Hidup kita memiliki arah, yakni membawa kemuliaan Tuhan dan memberkati orang lain.
Ketika Yesus menjadi pusat, tujuan hidup berubah dari “apa untungnya untukku?” menjadi “bagaimana hidupku memuliakan Tuhan?” Karenanya, carilah kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan besar maupun kecil. Hidup yang diarahkan Yesus menempatkan doa dan Firman sebagai kompas. Jadikan Yesus alasan kita bekerja, melayani, memberi, dan mengampuni. Kita tidak melakukan semua itu untuk diri sendiri, tetapi sebagai respons kepada Tuhan yang sudah lebih dulu mengasihi kita. Ubah rutinitas menjadi misi. Keluarga, tempat kerja, dan lingkungan adalah ladang misi tempat kita menjadi perpanjangan tangan Tuhan.
Ketika Yesus berkata, “Barangsiapa datang kepada-Ku…”, Ia mengundang setiap orang untuk mengambil langkah iman. Roti Hidup tidak memberi manfaat jika hanya dilihat, tetapi harus diterima. Datanglah kepada Yesus bukan hanya sebagai penolong, tetapi sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Terimalah Dia yang sanggup mengampuni dosa, memulihkan hidup, dan memberi arah yang kekal. Jangan menunda. Kehidupan yang penuh, makna yang sejati, dan tujuan ilahi dimulai ketika kita percaya dan berserah kepada-Nya.
Jika Yesus adalah Roti Hidup yang memuaskan kelaparan terdalam manusia, maka kita tidak bisa menyimpannya untuk diri sendiri. Kita dipanggil menjadi pembawa kabar baik, karena dunia di sekitar kita sedang “kelaparan” akan kasih, kebenaran, dan pengharapan. Ceritakan apa yang Yesus
sudah lakukan dalam hidup kita, bukan dengan paksaan, tetapi dengan kasih dan ketulusan. Jadilah saksi Kristus dalam perkataan, karakter, dan tindakan. Orang mungkin menolak argumen, tetapi mereka sulit menolak kesaksian hidup kita yang diubahkan.
Penutup
Yesus tidak menawarkan agama, aktivitas, atau teori hidup. Ia menawarkan Diri-Nya sendiri. Hanya Dia yang bisa mengenyangkan jiwa, menguatkan di tengah badai, dan memberi arah pada hidup kita. Dunia menawarkan banyak hal, tapi hanya Yesus yang bisa memberi kehidupan yang sejati kehidupan yang bernilai, berpengharapan, dan berdampak. (DL)
Pertanyaan Reflektif/Diskusi:
• Di bagian mana hidup saya masih sering merasa “kosong” atau “kurang”?
• Apa sumber kekuatan saya selama ini? Yesus, atau hal lain?
• Jika Yesus sungguh menjadi roti hidup, perubahan apa yang perlu saya ambil minggu ini?